Senin, 19 November 2012

Tua-Muda: Menghargai-Menghormati

Manusia memiliki siklus kehidupan yang tetap: lahir - bayi - balita - anak-anak - remaja - dewasa muda - dewasa - tua - mati. Berbagai tingkatan naik berdasarkan usia manusia di dunia ini. Semakin tua, maka akan semakin dekat dengan kematian.

Sumber: google.com
Kita lewat berbicara tentang kematian. Gw lewat postingan ini, ingin sekedar mengkritik atau menyinggung masalah tata krama yang sudah mulai menurun drastis sesuai perkembangan zaman. Salah satunya yaitu hubungan tua-muda, senior-junior, guru-murid, atau dosen-mahasiswa.
Yang lebih tua, sebenarnya sama dengan yang muda, hanya memiliki dua perbedaan, yaitu: usia dan pengalaman. Kedua hal ini memiliki makna yang penting dalam proses timbal balik di masyarakat luas. Idealnya adalah, yang muda mampu menghormati yang tua, dan yang tua mampu menghargai yang muda.                                                                                                  

Tapi pada kondisi secara umum saat ini, nilai-nilai tata krama, menghormati dan menghargai sudah tergeser dengan sangat ekstrim.
"Adi adalah seorang junior kaya raya di sekolahnya, dan menunjukkan kekayaannya lewat tas, sepatu dan seragam yang dikenakannya. Suatu saat ada seorang senior kelas 3 menegur pakaian yang dia kenakan karena tidak dimasukkan kedalam celana. Adi  melihat pakaian sang senior yang kumel dan kucel, dan nampak bahwa sang senior seorang yang kurang mampu. Karena hal ini, Adi mencela dan tidak mau mendengarkannya. Namun ketika ada seorang senior lagi yang memang anak kepala sekolah menegurnya, baru Adi mau menurut dan membenarkan pakaiannya."

"Ada seorang dosen yang tidak lulus S3, mengajar di salah satu perguruan tinggi swasta. Beliau mengajar   di kelas dimana ada seorang mahasiswa dengan nilai IPK sempurna. Si mahasiswa tidak pernah tertarik ataupun antusias terhadap dosen tersebut. Ketika ditanya alasannya kenapa, "Beliau tu ga lulus S3, apaan coba berani-beraninya ngajar gw."

Dari beberapa contoh di atas, terlihat bahwa terjadi kemunduran nilai tata krama di dalam pergaulan tua-muda. Ada istilah, "Lo tajir, lo berpengaruh, lo pinter, gw siap jadi suruhan lo. Tapi kalo sebaliknya, jauh-jauh lo dari mata gw." dan ini tidak hanya mempengaruhi hubungan tua-muda, tapi juga terhadap pergaulan teman sebaya.

Memang banyak yang lebih memutuskan untuk 'berbaik-baik' di depan, dan membicarakan di belakang. Tapi tetap itu bukanlah hal yang baik. Sama halnya dengan ghibah. Ataupun ada juga yang lebih ekstrim, langsung menunjukkan ketidaksukaan terhadap yang lebih tua. Ini bukti nyata yang terjadi tidak hanya di lingkungan junior-senior di sekolah ataupun lingkungan kampus, tapi juga hubungan dosen-mahasiswa.

Miris melihat banyak mahasiswa yang menjelek-jelekkan dosennya sendiri. Kalau memang hanya sekedar pelampiasan curhat, silakan saja, tapi sebaiknya tidak harus berlebihan menjelek-jelekkan sampai mengata-ngatai hal-hal buruk sampai keluar bahasa binatang yang tidak sepatutnya. Biar bagaimanapun, mereka itu orang tua kita di lingkungan kampus. Masa tega mengata-ngatai orang tua sendiri? Tidak, kan?
Wajar kesal ketika memang nilai kita jelek atau misalnya kita sulit diberikan pernyataan lulus oleh dosen, tapi kita harusnya mampu ikhlas, dan mengambil hikmahnya..
Apa karena kita yang tidak mampu?
Apa karena kita memang belum maksimal mengerjakannya?
Apa karena kita memang masih harus ditakdirkan mengulang kembali?

Semakin sering kita bertanya terhadap diri sendiri, maka rasa-rasa kesal ataupun rasa tidak enak terhadap beliau bisa dikurangi, dan berganti simpati dan hormat kepada beliau. Gw merasa sangat capek menjadi pengajar yang harus berbicara di depan kelas, mengoreksi nilai-nilai mahasiswa yang sebegitu banyaknya, dan membagi waktu untuk keluarganya, apalagi bila dosen tersebut perempuan. Subhanallah!

Sumber: google.com

Ketika kita mampu menerapkan nilai-nilai tata krama dan harga-menghargai Insya Allah hati tidak selalu panas atau diselimuti amarah. Dan hal ini pun mampu menghindarkan diri dari perselisihan dan perpecahan. Amin ya Rabb!
Judul: Tua-Muda: Menghargai-Menghormati; Ditulis oleh mezzojecka; Rating Blog: 5 dari 5