Rabu, 28 November 2012

Kebaikan yang Dicurigai



Sumber: google.com
"Si A kemaren sumbangannya ke pondok di atas 10 juta loh. Pasti biar bisa diliat orang kaya."


"Ngapain sih mereka pada heboh tentang Palestina, padahal biasanya cuek-cuek aja tuh. Mentang-mentang lagi rame aja, jadi pada latah."

"Ih si B tumben banget Solat Dhuha, pake baca Al-Qur'an pula. Lagi tobat ya mas?"

"Kamu ngapain nikah muda? Ga kuat ya? Udah, kerja dulu, lulus dulu."


Hummm..

Itu beberapa kalimat yang banyak terucap di lingkungan kita saat ini. Ko' orang mau berbuat baik wong dimarahi? Orang mau beramal ko' malah dicurigai, dikutuki? Memangnya surga cuma buat elo doang? Tentu saja jawabannya tidak, bukan?

Kebaikan orang lain kita curigai, sama saja kita berfikiran buruk atau bersuudzon terhadap sesama saudara kita. Silakan bersuudzon, namun sesuai porsinya. Suudzon untuk waspada dari hal-hal yang dapat menjerumuskan ke arah yang tidak baik, atau membahayakan diri sendiri, itu diperbolehkan. Namun apabila suudzon untuk amal perbuatan orang lain, untuk apa? Sebegitu pedulinyakah dengan amal ibadah orang lain?

Seharusnya kita bangga dan bahagia saudara-saudara kita itu diberikan hidayah-Nya untuk berbuat baik, dan mulai peduli dengan nilai spiritualitasnya. Untuk masalah isi hati atau niat yang ada di dalam diri mereka, itu sama sekali bukan urusan kita. Kita tidak berhak ikut campur untuk urusan orang lain dengan nilai spiritualitasnya.

Wajar kita heran atau bertanya-tanya karena adanya perubahan dari saudara kita yang tidak biasanya dia lakukan. Kita merasa asing, dan ada saja perasaan tidak terima dengan nilai positif yang ada di dalam diri mereka. Hati-hati, setan sedang mengaduk-aduk isi kepala kita. Ada rasa iri yang bercampur dengan suudzon serta tidak terima dengan kebaikan orang lain.

Cara untuk menghindari kecurigaan salah satunya dengan perbanyak berfikir positif. Gw pribadi mampu menyelesaikan masalah dengan berfikir positif, meski terkadang terasa sulit, karena banyaknya pikiran-pikiran negatif yang lebih mampu menyerang rongga pikiran dan hati kita. Namun, kekuatan untuk mau berfikir positif mampu dibangun oleh diri sendiri, dengan dibantu masukan-masukan dari lingkungan sekitar yang membangun. Apa salahnya kita tersenyum dan merasa bahagia dengan aura positif yang dipancarkan dari saudara kita? Dan mari kita tambah lagi aura positif yang ada, dengan meningkatkan nilai kebaikan dan ibadah pada diri kita.

Berlomba-lomba untuk kebaikan, bukan berkompetisi untuk memenangkan sebuah kebaikan. jk

Sumber: google.com

Judul: Kebaikan yang Dicurigai; Ditulis oleh mezzojecka; Rating Blog: 5 dari 5